10 Mitos Keamanan Siber yang Membahayakan Bisnis Anda

Mitos Keamanan Siber

TLDR

  • Otentikasi dua faktor dan pemantauan data diperlukan meskipun mitos keamanan siber mengatakan bahwa cukup menggunakan password yang kuat
  • Bisnis kecil merupakan lebih dari setengah dari korban pelanggaran tahun lalu
  • Bisnis apa pun yang memiliki informasi sensitif rentan terhadap serangan
  • Perangkat lunak tidak dapat melindungi dari semua risiko dunia maya
  • Malware modern bersifat tersembunyi dan sulit dideteksi

Bisnis semakin mengandalkan infrastruktur digital untuk menyimpan dan memproses informasi sensitif. Sayangnya, hal ini juga berarti bahwa bisnis menjadi lebih rentan terhadap serangan siber. Menurut Laporan Biaya Pelanggaran Data 2021 oleh IBM, biaya rata-rata global untuk pelanggaran data adalah $4,24 juta, dengan biaya rata-rata per catatan yang hilang atau dicuri sebesar $164.

Hal ini menyoroti pentingnya menganggap serius keamanan siber untuk melindungi bisnis Anda dari potensi bahaya. Namun, banyak pemilik bisnis yang memiliki kesalahpahaman tentang keamanan siber yang membuat mereka berisiko. Dalam artikel blog ini, kami akan menyanggah 10 mitos keamanan siber umum yang dapat membahayakan bisnis Anda. Semua poin akan diperdalam di bagian berikutnya.

MitosRealitas
password yang kuat sudah cukup untuk menjaga keamanan bisnis AndaOtentikasi dua faktor dan pemantauan data juga diperlukan
Usaha kecil dan menengah tidak menjadi sasaran peretasBisnis kecil merupakan lebih dari setengah dari korban pelanggaran tahun lalu
Hanya industri tertentu yang rentan terhadap serangan siberBisnis apa pun yang memiliki informasi sensitif rentan terhadap serangan
Perangkat lunak anti-virus dan anti-malware membuat Anda tetap aman sepenuhnyaPerangkat lunak tidak dapat melindungi dari semua risiko dunia maya
Ancaman keamanan siber datang dari luarAncaman dari orang dalam juga mungkin terjadi, dan lebih sulit dideteksi
Keamanan siber adalah tanggung jawab departemen TI sepenuhnyaSemua karyawan berperan dalam menjaga keamanan siber perusahaan
Jika Wi-Fi memiliki password, berarti amanSemua Wi-Fi publik dapat disusupi, bahkan dengan password
Anda akan segera tahu jika komputer Anda terinfeksiMalware modern bersifat tersembunyi dan sulit dideteksi
Perangkat pribadi tidak perlu diamankan di tempat kerjaSemua perangkat pintar, termasuk perangkat yang dapat dikenakan, dapat membahayakan sistem jaringan
Keamanan siber yang lengkap dapat dicapaiKesiapsiagaan dunia maya terus berlangsung, dengan ancaman baru yang muncul setiap hari

Mitos #1: password yang kuat sudah cukup untuk menjaga keamanan bisnis Anda

Ada kesalahpahaman bahwa password yang kuat saja sudah cukup untuk menjaga keamanan bisnis mereka dari ancaman dunia maya, tetapi kenyataannya ada lebih dari itu. Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Kata sandi dapat dengan mudah diretas atau dicuri, terutama jika kata sandi tersebut tidak unik dan rumit. Penjahat siber dapat menggunakan berbagai metode seperti serangan brute force, phishing, atau rekayasa sosial untuk mendapatkan akses ke akun Anda.
  • Autentikasi dua faktor (2FA) menambahkan lapisan keamanan ekstra dengan memerlukan bentuk verifikasi kedua, seperti kode yang dikirim ke ponsel Anda, untuk mengakses akun Anda. Hal ini membuat penyerang lebih sulit untuk mendapatkan akses yang tidak sah.
  • Pemantauan dan analisis data juga sangat penting untuk mendeteksi dan merespons ancaman siber secara tepat waktu. Dengan memantau jaringan dan sistem Anda dari aktivitas yang mencurigakan, Anda bisa dengan cepat mengidentifikasi dan memitigasi potensi risiko sebelum menjadi masalah besar.
  • Menurut sebuah studi oleh Verizon, 80% pelanggaran data melibatkan kata sandi yang lemah atau dicuri, yang menyoroti perlunya metode autentikasi yang lebih kuat.
  • Menerapkan kebijakan password yang kuat dan pelatihan kesadaran keamanan secara teratur untuk karyawan juga dapat membantu mencegah serangan siber.

Jadi, meskipun password yang kuat adalah awal yang baik, penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan seperti 2FA dan pemantauan data untuk memastikan bisnis Anda terlindungi dari ancaman dunia maya.

Mitos #2: Usaha kecil dan menengah tidak menjadi sasaran peretas

Keamanan siber adalah aspek penting dari operasi organisasi mana pun. Namun, ada kesalahpahaman umum bahwa setelah Anda mencapai keamanan siber yang lengkap, Anda bisa duduk dan bersantai. Kenyataannya, keamanan siber sepenuhnya tidak dapat dicapai, dan kesiapsiagaan siber adalah proses yang berkelanjutan. Ancaman siber baru muncul setiap hari, sehingga mustahil untuk memiliki perlindungan 100% terhadap semua kemungkinan serangan. Berikut ini beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam hal kesiapsiagaan dunia maya:

  • Keamanan siber bukanlah tugas yang sekali jadi, tetapi merupakan proses berkelanjutan untuk memperbarui dan meningkatkan langkah-langkah keamanan.
  • Organisasi harus memiliki strategi keamanan siber yang proaktif, yang mencakup penilaian risiko dan pengujian kerentanan secara teratur.
  • Bahkan dengan langkah-langkah keamanan yang kuat, selalu ada kemungkinan serangan siber. Oleh karena itu, organisasi juga harus memiliki rencana tanggap insiden untuk mengurangi dampak serangan siber.
  • Pelatihan dan kesadaran karyawan sangat penting untuk menjaga kesiapsiagaan dunia maya. Ini termasuk pelatihan rutin untuk mengidentifikasi dan melaporkan potensi ancaman siber.

Menurut laporan dari Ponemon Institute, biaya rata-rata pelanggaran data pada tahun 2020 adalah $3,86 juta. Studi ini juga menemukan bahwa organisasi yang memiliki rencana tanggap insiden dapat mengatasi pelanggaran dengan lebih cepat, sehingga menghasilkan biaya yang lebih rendah.

Mitos #3: Hanya industri tertentu yang rentan terhadap serangan siber

Banyak bisnis, terutama yang bergerak di industri non-teknis, beranggapan bahwa mereka tidak berisiko terkena serangan siber karena tidak memiliki informasi berharga yang menarik bagi peretas. Namun, ini adalah kesalahpahaman yang berbahaya yang dapat membuat perusahaan rentan terhadap ancaman siber. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

  • Peretas sering kali menargetkan bisnis dengan informasi sensitif, seperti data keuangan atau pelanggan, tetapi mereka juga bisa tertarik pada jenis informasi lain, seperti kekayaan intelektual atau rahasia dagang.
  • Bisnis apa pun yang menangani informasi sensitif, apa pun industrinya, berisiko terkena serangan siber. Sebagai contoh, organisasi layanan kesehatan adalah target umum karena mereka menyimpan informasi kesehatan pribadi yang dapat digunakan untuk penipuan atau pencurian identitas.
  • Faktanya, usaha kecil dan menengah sangat rentan karena mereka mungkin tidak memiliki sumber daya yang sama untuk berinvestasi dalam keamanan siber seperti perusahaan yang lebih besar, sehingga membuat mereka menjadi target yang lebih mudah bagi para peretas.

Menurut laporan dari Verizon, 43% dari serangan dunia maya menargetkan bisnis kecil, sementara laporan terpisah dari Ponemon Institute menemukan bahwa biaya rata-rata pelanggaran data untuk bisnis kecil adalah lebih dari $2,2 juta. Penting bagi semua bisnis, apa pun industrinya, untuk memprioritaskan keamanan siber guna melindungi informasi sensitif mereka dan mencegah kerugian finansial.

Mitos #4: Perangkat lunak anti-virus dan anti-malware membuat Anda sepenuhnya aman

Banyak orang percaya bahwa menginstal perangkat lunak anti-virus dan anti-malware adalah semua yang diperlukan untuk melindungi perangkat dan jaringan mereka dari serangan dunia maya. Namun, ini adalah kesalahpahaman yang berbahaya yang dapat membuat bisnis rentan terhadap berbagai ancaman. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Meskipun perangkat lunak anti-virus dan anti-malware sangat penting, perangkat lunak ini hanya melindungi dari ancaman yang diketahui. Ia tidak dapat mendeteksi atau mencegah ancaman baru yang tidak dikenal, yang semakin sering terjadi.
  • Penjahat dunia maya terus mengembangkan taktik dan teknologi baru untuk menerobos perangkat lunak anti-virus dan anti-malware. Artinya, hanya mengandalkan alat-alat ini saja tidak cukup untuk melindungi dari semua ancaman.
  • Beberapa ancaman dunia maya, seperti penipuan phishing, serangan rekayasa sosial, dan ransomware, dapat melewati perangkat lunak anti-virus dan anti-malware sama sekali, dengan mengandalkan kesalahan manusia atau kerentanan pada perangkat lunak dan sistem.
  • Untuk benar-benar terlindungi dari ancaman dunia maya, bisnis memerlukan pendekatan berlapis yang mencakup pembaruan dan perbaikan perangkat lunak secara teratur, pelatihan dan kesadaran karyawan, enkripsi data, dan pemantauan aktivitas yang mencurigakan.

Menurut laporan dari Cybersecurity Ventures, biaya kejahatan siber diperkirakan akan mencapai $6 triliun pada tahun 2021, menggarisbawahi perlunya bisnis mengambil pendekatan komprehensif terhadap keamanan siber.

Mitos #5: Ancaman keamanan siber datang dari luar

Meskipun benar bahwa ancaman eksternal seperti peretas dan malware merupakan masalah utama, ancaman dari dalam juga sama mungkinnya dan bisa jadi lebih sulit dideteksi. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

  • Ancaman orang dalam dapat berasal dari karyawan, kontraktor, atau vendor saat ini atau sebelumnya yang memiliki akses ke jaringan dan data perusahaan.
  • Ancaman dari orang dalam bisa disengaja, seperti karyawan yang tidak puas dan ingin menyabotase perusahaan, atau tidak disengaja, seperti karyawan yang secara tidak sengaja membagikan informasi sensitif.
  • Ancaman orang dalam bisa sangat merusak karena orang tersebut memiliki akses yang sah ke jaringan dan mungkin tidak ditandai oleh langkah-langkah keamanan yang dirancang untuk mendeteksi ancaman eksternal.
  • Menurut sebuah studi oleh Ponemon Institute, ancaman orang dalam adalah penyebab 60% dari semua pelanggaran data.

Penting bagi perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah seperti kontrol akses, pemantauan, dan pelatihan keamanan rutin untuk mendeteksi dan mencegah ancaman orang dalam.

Mitos #6: Keamanan siber adalah tanggung jawab departemen TI semata

Salah satu kesalahpahaman terbesar lainnya tentang keamanan siber adalah bahwa hal ini semata-mata merupakan tanggung jawab departemen TI. Pada kenyataannya, setiap karyawan di sebuah perusahaan berperan dalam menjaga keamanan siber organisasi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Keamanan siber bukan hanya masalah TI, ini adalah masalah bisnis. Semua karyawan harus menyadari risiko dan cara mencegahnya.
  • Penyerang sering kali menargetkan staf non-teknis, seperti staf keuangan atau SDM, untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif.
  • Pelatihan dan kesadaran karyawan merupakan komponen penting dari postur keamanan siber yang kuat. Sesi pelatihan rutin dan latihan simulasi phishing dapat membantu mengedukasi karyawan tentang ancaman terbaru.
  • Karyawan harus didorong untuk segera melaporkan aktivitas yang mencurigakan, seperti email phishing atau perangkat yang tidak dikenal di jaringan, kepada departemen TI.
  • Kepemimpinan eksekutif juga memiliki peran dalam mempromosikan budaya keamanan siber di seluruh organisasi.

Menurut studi terbaru dari IBM, kesalahan manusia adalah penyebab utama pelanggaran data, yang menyumbang hampir 24% dari seluruh insiden. Hal ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa semua karyawan menyadari peran mereka dalam menjaga keamanan siber.

Mitos #7: Jika Wi-Fi memiliki password, maka aman

Wi-Fi adalah cara yang nyaman untuk tetap terhubung ke internet saat dalam perjalanan, tetapi banyak orang percaya bahwa selama jaringan Wi-Fi memiliki password, maka jaringan tersebut aman. Sayangnya, ini adalah kesalahpahaman yang berbahaya yang dapat membuat informasi sensitif Anda rentan terhadap serangan siber. Inilah alasannya:

  • Kata sandi dapat dibobol: Meskipun memiliki password lebih baik daripada tidak memilikinya, para peretas memiliki alat yang dapat dengan cepat memecahkan kata sandi yang lemah. Oleh karena itu, meskipun jaringan Wi-Fi memiliki password, jaringan tersebut mungkin masih rentan terhadap serangan siber.
  • Wi-Fi publik selalu memiliki risiko: Jaringan Wi-Fi publik, seperti yang ada di kedai kopi, bandara, dan hotel, bahkan lebih berisiko. Jaringan ini sering kali tidak aman, dan siapa pun dapat mengaksesnya. Peretas dapat dengan mudah membuat hotspot Wi-Fi palsu yang meniru jaringan yang sah, menipu orang untuk terhubung ke jaringan tersebut dan kemudian mencuri informasi mereka.
  • Wi-Fi yang aman adalah mungkin: Meskipun tidak ada jaringan yang 100% aman, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk membuat jaringan Wi-Fi Anda lebih aman. Menggunakan Virtual Private Network (VPN) dan memastikan router Wi-Fi Anda sudah diperbarui dengan patch keamanan terbaru adalah langkah yang baik untuk dilakukan.

Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% orang telah terhubung ke jaringan Wi-Fi publik setidaknya sekali, dan hampir setengahnya terhubung ke jaringan Wi-Fi tanpa password. Hal ini menggarisbawahi pentingnya untuk berhati-hati saat menggunakan Wi-Fi publik dan mengambil langkah-langkah untuk mengamankan jaringan Wi-Fi Anda sendiri.

Mitos #8: Anda akan langsung tahu jika komputer Anda terinfeksi

Orang cenderung percaya bahwa mereka akan segera tahu jika komputer mereka terinfeksi malware atau virus. Kesalahpahaman yang berbahaya ini dapat menyebabkan konsekuensi yang serius. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Malware modern dirancang untuk tersembunyi dan bisa tidak terdeteksi selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
  • Malware dapat menyebar secara diam-diam dan menginfeksi perangkat lain di jaringan yang sama.
  • Beberapa malware dirancang untuk mencuri informasi sensitif, seperti kata sandi atau data keuangan, tanpa sepengetahuan pengguna.
  • Menurut sebuah studi oleh Ponemon Institute, waktu rata-rata untuk mendeteksi pelanggaran data pada tahun 2020 adalah 280 hari.

Agar tidak menjadi korban malware yang tersembunyi, penting untuk mengambil langkah-langkah proaktif seperti:

  • Perbarui perangkat lunak antivirus dan anti-malware Anda secara teratur.
  • Gunakan firewall untuk memantau lalu lintas jaringan yang masuk dan keluar.
  • Hindari mengunduh file yang mencurigakan atau membuka lampiran dari sumber yang tidak dikenal.
  • Edukasi diri Anda sendiri tentang ancaman malware terbaru dan waspadai aktivitas yang tidak biasa di komputer atau jaringan Anda.

Jangan mengandalkan asumsi bahwa Anda akan selalu tahu kapan komputer Anda terinfeksi. Waspada dan ambil langkah proaktif untuk melindungi perangkat dan data Anda dari malware yang tersembunyi.

Mitos #9: Perangkat pribadi tidak perlu diamankan di tempat kerja

Sangat penting bagi bisnis untuk memahami bahwa perangkat pribadi yang digunakan di tempat kerja menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan siber mereka. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Perangkat pribadi sering kali kurang aman dibandingkan perangkat perusahaan dan mungkin tidak memiliki langkah-langkah keamanan dasar seperti enkripsi dan kata sandi yang aman.
  • Perangkat pribadi dapat digunakan pada jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman, sehingga rentan terhadap serangan siber.
  • Perangkat pintar seperti perangkat yang dapat dikenakan dan asisten pribadi mungkin berisi informasi sensitif yang dapat diakses oleh penjahat siber.
  • Kebijakan BYOD (Bring Your Own Device) juga dapat memperkenalkan malware dan virus ke jaringan perusahaan.
  • Menurut sebuah laporan dari BitSight, 45% dari semua pelanggaran terjadi karena kelalaian vendor pihak ketiga, termasuk perangkat pribadi.

Untuk menghilangkan kesalahpahaman bahwa perangkat pribadi tidak perlu diamankan di tempat kerja, perusahaan harus menerapkan kebijakan yang menerapkan kata sandi yang kuat, enkripsi perangkat, dan pembaruan perangkat lunak secara teratur. Selain itu, program pelatihan dan kesadaran karyawan dapat membantu memastikan bahwa semua orang memahami pentingnya mengamankan perangkat pribadi mereka saat mengakses sumber daya perusahaan.

Mitos #10: Keamanan siber yang sempurna dapat dicapai

Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa mencapai keamanan siber yang sempurna itu mungkin. Namun demikian, ini adalah kesalahpahaman. Ancaman siber terus berkembang setiap hari, dan risiko baru muncul secara teratur. Ada beberapa alasan mengapa mencapai keamanan siber sepenuhnya tidak mungkin dilakukan, seperti:

  • Penyerang siber selalu datang dengan taktik baru untuk menembus pertahanan.
  • Teknologi terus berkembang, dan bisnis harus mengikuti solusi keamanan siber terbaru agar tetap terlindungi.
  • Kesalahan manusia merupakan faktor penting dalam insiden keamanan siber, dan sulit untuk dihilangkan sepenuhnya.

Meskipun mungkin tidak mungkin mencapai keamanan siber yang sempurna, sangat penting untuk tetap waspada dan siap menghadapi ancaman siber. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat dan secara teratur memperbarui dan mengujinya. Perusahaan juga harus melatih karyawannya untuk mengidentifikasi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan untuk mencegah potensi pelanggaran keamanan siber.

Statistik menunjukkan bahwa serangan siber terus meningkat, dengan peningkatan serangan sebesar 600% yang dilaporkan selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap proaktif dalam tindakan keamanan siber untuk melindungi dari serangan ini.

Kesimpulan

Kesimpulannya, sangat penting untuk memisahkan fakta dan fiksi dalam hal keamanan siber. Percaya pada mitos dan kesalahpahaman dapat membahayakan bisnis Anda, membuat Anda rentan terhadap pelanggaran data, kerugian finansial, dan kerusakan reputasi. Sangatlah penting untuk selalu mendapatkan informasi dan mengambil langkah proaktif untuk melindungi bisnis Anda, seperti menerapkan otentikasi dua faktor, melatih karyawan tentang praktik terbaik keamanan siber, memantau aktivitas data, dan tetap mengikuti perkembangan ancaman yang muncul. Ingatlah, keamanan siber adalah proses yang berkelanjutan, dan tidak ada yang namanya keamanan yang sempurna. Dengan tetap waspada dan proaktif, Anda dapat membantu melindungi bisnis Anda dan melindungi dari ancaman dunia maya.

%d