Autentikasi Dua Faktor: Melindungi dari Pembobolan Data

Autentikasi Dua Faktor

Pelanggaran data telah menjadi ancaman yang signifikan bagi organisasi dan individu, dan dapat mengakibatkan konsekuensi berat seperti kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan tanggung jawab hukum. Sebagai tanggapan, banyak organisasi telah menerapkan berbagai langkah keamanan untuk melindungi dari pembobolan data, tetapi langkah-langkah ini tidak selalu cukup. Penjahat siber selalu mengembangkan metode baru untuk menerobos langkah-langkah keamanan. Salah satu solusi efektif untuk melindungi dari pembobolan data adalah autentikasi dua faktor (2FA).

Autentikasi dua faktor adalah langkah keamanan yang mengharuskan pengguna memberikan dua bentuk identifikasi sebelum mengakses akun atau sistem. Ini berarti pengguna perlu memberikan password atau PIN, serta faktor kedua, seperti pemindaian sidik jari atau kode yang dikirim ke perangkat seluler. Dengan menggunakan dua bentuk identifikasi, autentikasi dua faktor memberikan lapisan keamanan ekstra yang membuatnya lebih sulit bagi pengguna yang tidak sah untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif.

Penelitian 2FA yang Telah Terbukti

Penelitian dan laporan menunjukkan bahwa menggunakan autentikasi dua faktor dapat secara signifikan mengurangi risiko pelanggaran data yang disebabkan oleh kata sandi yang lemah atau dicuri. Google, misalnya, melaporkan bahwa setelah menerapkan autentikasi dua faktor, jumlah akun yang disusupi turun hingga 99,7%.

Demikian pula, Laporan Investigasi Pelanggaran Data Verizon 2021 mengungkapkan bahwa menggunakan autentikasi multi-faktor, yang mencakup autentikasi dua faktor, dapat mencegah lebih dari 80% serangan. Statistik ini menunjukkan bahwa autentikasi dua faktor dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk mengurangi risiko pelanggaran data.

Cara Kerja Autentikasi Dua Faktor

Autentikasi dua faktor (2FA) adalah langkah keamanan yang mengharuskan pengguna memberikan dua bentuk identifikasi sebelum mengakses akun atau sistem. Autentikasi dua faktor menggunakan dua faktor autentikasi yang dapat dibagi menjadi tiga kategori: sesuatu yang diketahui pengguna, sesuatu yang dimiliki pengguna, dan sesuatu yang dimiliki pengguna.

Sesuatu yang Diketahui Pengguna

Faktor pertama autentikasi, yang merupakan sesuatu yang diketahui pengguna, merupakan langkah keamanan penting yang bergantung pada informasi yang hanya boleh diketahui oleh pengguna. Biasanya, ini termasuk password, nomor identifikasi pribadi (PIN), atau jawaban atas pertanyaan keamanan. Kata sandi adalah bentuk autentikasi yang paling umum, dan pengguna biasanya diharuskan membuat password yang unik dan rumit agar sulit ditebak atau dipecahkan. Sama halnya dengan PIN yang biasa digunakan untuk transaksi ATM, pengguna harus memasukkan empat digit angka yang hanya diketahui oleh mereka sendiri.

Bentuk lain dari autentikasi berbasis pengetahuan adalah dengan menjawab pertanyaan keamanan, yang biasanya digunakan untuk mendapatkan password yang terlupa. Pengguna diharuskan untuk memberikan jawaban atas serangkaian pertanyaan yang hanya diketahui oleh mereka sendiri, seperti nama gadis ibu mereka, warna favorit mereka, atau nama hewan peliharaan pertama mereka. Namun, bentuk otentikasi ini menjadi kurang aman karena meningkatnya prevalensi rekayasa sosial dan penelitian online, yang dapat dengan mudah mendapatkan jawabannya.

Untuk meningkatkan keamanan autentikasi berbasis pengetahuan, organisasi bisa menerapkan kebijakan untuk memastikan pengguna membuat kata sandi yang kuat atau menggunakan autentikasi multifaktor. Misalnya, pengguna dapat diminta untuk memasukkan kode yang dikirim ke perangkat seluler mereka atau menggesek sidik jari mereka selain memasukkan password. Selain itu, pengguna dapat diedukasi tentang praktik terbaik untuk membuat dan mengelola kata sandi, seperti menggunakan pengelola kata password atau menghindari penggunaan kata atau frasa yang mudah ditebak.

Sesuatu yang Dimiliki Pengguna

Salah satu faktornya adalah sesuatu yang dimiliki pengguna, yang mengharuskan pengguna memiliki objek fisik seperti token keamanan, kartu pintar, atau perangkat seluler. Objek-objek ini berfungsi sebagai lapisan keamanan tambahan pada proses autentikasi, karena pengguna harus memiliki objek tersebut untuk melakukan autentikasi.

Token keamanan adalah perangkat keras kecil yang menghasilkan kode sekali pakai, yang dimasukkan pengguna bersama dengan password mereka untuk menyelesaikan proses autentikasi. Di sisi lain, kartu pintar adalah kartu plastik seukuran kartu kredit yang berisi chip yang menyimpan kredensial otentikasi pengguna. Untuk mengautentikasi, pengguna memasukkan kartu pintar ke dalam pembaca, yang akan memverifikasi informasi pada kartu.

Perangkat seluler semakin banyak digunakan untuk autentikasi dua faktor, karena pengguna dapat memasang aplikasi autentikasi yang menghasilkan kode satu kali pakai untuk dimasukkan bersama dengan password mereka. Aplikasi ini juga dapat menggunakan autentikasi biometrik, seperti sidik jari atau pengenalan wajah, untuk memverifikasi identitas pengguna.

Meskipun sesuatu yang dimiliki pengguna memberikan lapisan keamanan tambahan, ada juga beberapa kelemahan pada faktor autentikasi ini. Misalnya, objek fisik seperti token keamanan atau kartu pintar dapat hilang atau dicuri, dan perangkat seluler dapat rentan terhadap serangan malware atau phishing.

Untuk mengatasi masalah ini, organisasi harus menerapkan kebijakan dan mengedukasi pengguna tentang praktik terbaik untuk mengamankan objek fisik dan perangkat seluler. Selain itu, menggabungkan faktor ini dengan sesuatu yang diketahui pengguna, seperti password atau PIN, dapat memberikan proses autentikasi yang lebih kuat.

Sesuatu yang Pengguna Adalah

Sesuatu yang menjadi pengguna mengacu pada penggunaan data biometrik, seperti sidik jari, pengenalan wajah, atau pemindaian iris mata, untuk mengautentikasi identitas pengguna. Faktor ini bergantung pada karakteristik biologis yang unik dari pengguna, menjadikannya salah satu bentuk autentikasi yang paling aman.

Pengenalan sidik jari adalah bentuk umum dari autentikasi biometrik, di mana sidik jari pengguna dipindai dan dibandingkan dengan sidik jari yang sudah didaftarkan sebelumnya untuk memverifikasi identitas mereka. Pengenalan wajah, di sisi lain, melibatkan pemindaian wajah pengguna dan membandingkannya dengan templat wajah yang sudah didaftarkan sebelumnya untuk mengautentikasi identitas mereka. Pemindaian iris mata juga digunakan sebagai bentuk otentikasi biometrik, di mana iris mata pengguna dipindai untuk memverifikasi identitas mereka.

Meskipun autentikasi biometrik dianggap lebih aman daripada bentuk autentikasi lainnya, ada juga kekhawatiran tentang keamanan data biometrik. Ada beberapa kejadian di mana peretas berhasil membobol basis data biometrik, membahayakan data biometrik pengguna.

Untuk mengatasi risiko ini, organisasi yang menggunakan autentikasi biometrik harus mengambil langkah-langkah untuk mengamankan data biometrik pengguna. Ini termasuk mengenkripsi data dan membatasi akses ke personel yang berwenang. Penting juga untuk mengedukasi pengguna tentang cara melindungi data biometrik mereka dengan tidak membaginya dengan orang lain dan menggunakan kata sandi yang kuat untuk semua akun yang menggunakan autentikasi biometrik.

Bagaimana 2FA Melindungi dari Pelanggaran Data

Autentikasi dua faktor (2FA) adalah langkah keamanan yang mengharuskan pengguna memberikan dua faktor autentikasi yang berbeda untuk mengakses akun mereka. Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan 2FA untuk membantu melindungi dari pelanggaran data:

  • Mencegah akses yang tidak sah: Ketika pengguna hanya mengandalkan nama pengguna dan password untuk mengamankan akun mereka, penyerang dapat memperoleh akses hanya dengan menebak password atau menggunakan serangan brute force. Dengan 2FA, meskipun penyerang memiliki password pengguna, mereka masih harus memberikan faktor autentikasi kedua untuk mendapatkan akses. Hal ini menambahkan lapisan perlindungan ekstra yang dapat mencegah akses tidak sah ke akun.
  • Mengurangi risiko serangan phishing: Serangan phishing adalah metode umum yang digunakan oleh penyerang untuk mendapatkan akses ke akun pengguna. Dalam serangan phishing, penyerang membuat halaman login palsu yang terlihat seperti halaman login yang sah dan mengelabui pengguna untuk memasukkan kredensial login mereka. Namun, 2FA dapat membantu melindungi dari serangan phishing karena membutuhkan faktor autentikasi tambahan yang cenderung tidak dimiliki oleh penyerang.
  • Kode autentikasi yang sensitif terhadap waktu: Banyak metode 2FA, seperti kode sekali pakai yang dikirim ke ponsel pengguna, bersifat sensitif terhadap waktu dan akan kedaluwarsa setelah beberapa saat. Ini berarti bahwa meskipun penyerang mendapatkan kode autentikasi, kode tersebut mungkin sudah tidak berlaku lagi pada saat mereka mencoba menggunakannya. Hal ini dapat mengurangi risiko pelanggaran data karena penyerang lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan akses ke akun.
  • Mengurangi eksposur: Dengan membutuhkan faktor autentikasi tambahan, 2FA dapat mengurangi eksposur informasi sensitif jika terjadi pelanggaran data. Jika password pengguna dicuri, penyerang masih membutuhkan faktor autentikasi kedua untuk mengakses akun. Hal ini dapat membatasi dampak pelanggaran data dan mengurangi risiko informasi sensitif yang dikompromikan.
  • 2FA dapat memberikan visibilitas tambahan kepada pengguna ke dalam aktivitas akun mereka, seperti peringatan ketika ada upaya login yang dilakukan dari perangkat baru. Hal ini dapat membantu pengguna mendeteksi dan merespons potensi ancaman keamanan dengan lebih cepat, sehingga mengurangi risiko pelanggaran data.
  • Banyak sistem 2FA yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan beberapa perangkat sebagai faktor autentikasi kedua, memberikan lapisan keamanan tambahan dan memudahkan pengguna untuk mengakses akun mereka dari perangkat yang berbeda.

Meskipun 2FA tidak sepenuhnya sangat mudah, namun ini adalah alat penting dalam melindungi dari pelanggaran data. Disarankan agar pengguna dan organisasi menerapkan 2FA untuk meningkatkan keamanan akun dan data sensitif mereka.

Kesimpulan

Autentikasi dua faktor adalah perlindungan yang berharga terhadap pelanggaran data. Ini memperkuat keamanan akun dengan membutuhkan faktor autentikasi kedua di samping password, yang membuatnya lebih sulit bagi penyerang untuk mendapatkan akses. Selain itu, hal ini dapat mengurangi dampak dari kata sandi yang dicuri karena penyerang masih memerlukan faktor autentikasi kedua untuk mengakses akun.

Kode autentikasi yang sensitif terhadap waktu dan berkurangnya paparan terhadap informasi sensitif adalah manfaat signifikan lainnya dari penggunaan 2FA. Mengingat meningkatnya ancaman pelanggaran data, sangat penting untuk mengambil setiap langkah yang mungkin untuk melindungi informasi sensitif. Autentikasi dua faktor adalah cara yang praktis dan efektif bagi individu dan organisasi untuk meningkatkan postur keamanan mereka.

%d