
Di era digital saat ini, pelanggaran data telah menjadi perhatian utama bagi bisnis dan organisasi. Hal ini terjadi ketika informasi sensitif diakses, dicuri, atau digunakan oleh orang yang tidak berwenang. Hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan konsekuensi hukum.
Salah satu alasan utama terjadinya pelanggaran data adalah kesalahan manusia. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran atau pelatihan, kecerobohan, atau bahkan niat jahat. Bahkan dengan teknologi canggih dan langkah-langkah keamanan siber, kesalahan manusia masih dapat menyebabkan pelanggaran data.
Dalam blog ini, kita akan melihat lebih dekat berbagai jenis kesalahan manusia yang dapat menyebabkan pelanggaran data. Kami juga akan membagikan beberapa contoh pelanggaran data yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Kami akan membahas dampak kesalahan manusia pada bisnis dan organisasi, dan memberikan tips tentang cara mencegahnya.
Jenis-jenis Kesalahan Manusia : Tindakan yang tidak disengaja
Kesalahan manusia merupakan faktor signifikan yang dapat menyebabkan terungkapnya informasi sensitif dan pelanggaran data, yang dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan konsekuensi hukum. Pada bagian ini, kita akan mempelajari lebih dalam tentang berbagai jenis kesalahan manusia yang dapat menyebabkan pelanggaran data.
Tindakan yang tidak disengaja dan tindakan jahat adalah dua kategori utama kesalahan manusia. Tindakan yang tidak disengaja terjadi tanpa disengaja dan diakibatkan oleh kurangnya perhatian atau kesadaran, sedangkan tindakan jahat dilakukan dengan sengaja dan dengan niat jahat. Tindakan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh email yang salah alamat, kata sandi yang lemah, dan perangkat yang hilang atau dicuri.
Email yang Salah Alamat
Email yang salah alamat adalah kesalahan umum yang dilakukan oleh orang-orang yang dapat menyebabkan konsekuensi serius. Jenis kesalahan ini terjadi ketika seseorang mengirimkan email yang berisi informasi sensitif kepada orang yang salah. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara, seperti ketika seseorang secara tidak sengaja mengetikkan alamat email yang salah atau memilih penerima yang salah dari daftar. Sayangnya, kesalahan ini dapat menyebabkan informasi rahasia terekspos kepada orang yang tidak berwenang, yang dapat menimbulkan konsekuensi yang signifikan.
Misalnya, jika seseorang mengirimkan email yang berisi informasi keuangan penting kepada penerima yang salah, maka hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial, masalah hukum, dan kerusakan reputasi organisasi. Demikian pula, jika email yang berisi data pribadi seperti nomor jaminan sosial atau rekam medis dikirim ke orang yang salah, hal ini dapat menyebabkan pencurian identitas atau pelanggaran privasi lainnya.
Email yang salah alamat dapat terjadi pada setiap tahap proses email, termasuk saat seseorang menulis, mengalamatkan, atau mengirim email. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, terlepas dari tingkat pengalaman mereka dengan email. Untuk mencegah email yang salah alamat, bisnis dan organisasi harus memiliki kebijakan dan prosedur email yang jelas. Mereka juga bisa memberikan pelatihan kepada karyawan tentang pentingnya etiket email yang tepat, dan menggunakan solusi enkripsi email yang aman untuk membantu melindungi informasi sensitif.
Kata Sandi Lemah
Kata sandi yang lemah dapat menjadi masalah yang signifikan bagi bisnis dan organisasi dalam hal melindungi informasi sensitif. Jika karyawan menggunakan kata sandi yang sederhana atau yang sering digunakan, atau menggunakan ulang kata sandi di beberapa akun, mereka menciptakan kerentanan keamanan yang dapat dieksploitasi oleh penjahat siber. Hal ini dapat menyebabkan pembobolan data dan pencurian informasi berharga.
Misalnya, jika seorang karyawan menggunakan password lemah yang sama untuk akun email, perbankan, dan media sosial mereka, peretas yang menebak atau memecahkan password bisa mendapatkan akses ke ketiga akun tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan pencurian informasi keuangan dan pribadi, dan bahkan pencurian identitas.
Untuk menghindari kata sandi yang lemah, perusahaan dan organisasi dapat membuat kebijakan password yang ketat yang mengharuskan karyawan membuat kata sandi yang kuat. Kata sandi ini setidaknya harus terdiri dari 12 karakter, terdiri dari campuran huruf besar dan kecil, angka, dan simbol, serta tidak mudah ditebak. Karyawan juga harus didorong untuk menggunakan pengelola kata password untuk menyimpan kata sandi mereka dengan aman.
Autentikasi multi-faktor (MFA) dapat memberikan lapisan keamanan ekstra dengan mengharuskan pengguna memberikan autentikasi tambahan, seperti sidik jari atau kode yang dikirim ke ponsel mereka, selain password. MFA dapat mempersulit peretas untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif.
Perangkat yang Hilang atau Tidak Dapat Ditoleransi
Salah satu penyebab umum pelanggaran data adalah kehilangan atau pencurian perangkat seperti laptop atau ponsel. Perangkat semacam itu sering digunakan untuk menyimpan dan mengakses informasi sensitif, dan ketika perangkat tersebut hilang atau dicuri, informasi yang dikandungnya dapat dengan mudah jatuh ke tangan yang salah.
Ketika perangkat yang berisi informasi sensitif hilang atau dicuri, hal ini bisa berakibat serius bagi bisnis atau organisasi. Informasi sensitif pada perangkat dapat diakses dan dieksploitasi oleh orang yang tidak berwenang, yang dapat menyebabkan kerusakan reputasi, kerugian finansial, dan tanggung jawab hukum. Hal ini dapat berdampak jangka panjang pada operasi dan kemampuan perusahaan untuk menjalankan bisnis.
Misalnya, jika laptop karyawan yang berisi data sensitif pelanggan hilang atau dicuri, penjahat siber dapat memperoleh akses ke data tersebut dan menggunakannya untuk pencurian identitas, penipuan, atau aktivitas ilegal lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan pelanggan, kerugian finansial, dan potensi tindakan hukum terhadap perusahaan.
Untuk menghindari pelanggaran data yang diakibatkan oleh perangkat yang hilang atau dicuri, perusahaan dan organisasi harus mengambil langkah-langkah untuk mengamankan perangkat mereka dan informasi sensitif yang ada di dalamnya. Ini termasuk menerapkan langkah-langkah keamanan seperti enkripsi, perlindungan password, dan kemampuan penghapusan jarak jauh. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa meskipun perangkat hilang atau dicuri, data di dalamnya tetap terlindungi dan tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berwenang.
Contoh Tindakan yang Tidak Disengaja yang Menyebabkan Pelanggaran Data
Pelanggaran data Dropbox terjadi pada tahun 2012 ketika password seorang karyawan dicuri, memberikan peretas akses ke basis data yang berisi alamat email dan kata sandi terenkripsi dari 68 juta pengguna Dropbox. Karyawan tersebut telah menggunakan ulang password di beberapa akun, sehingga memudahkan para peretas untuk mendapatkan akses.
Pelanggaran data ini merupakan hasil dari kesalahan manusia, karena karyawan tidak menggunakan password yang kuat dan unik serta menggunakan password yang sama di beberapa akun. Sejak saat itu Dropbox telah menerapkan autentikasi dua faktor dan langkah-langkah keamanan lainnya untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa mendatang.
Jenis-jenis Kesalahan Manusia : Tindakan Jahat
Tindakan Jahat
Sebaliknya, tindakan jahat dilakukan dengan niat jahat. Tindakan jahat dapat disebabkan oleh ancaman orang dalam, serangan perekayasa sosial, dan kurangnya kesadaran dan pelatihan keamanan.
Ancaman Orang Dalam
Ancaman dari orang dalam merupakan masalah utama bagi perusahaan dan organisasi dalam hal pelanggaran data. Jenis kesalahan ini dapat terjadi ketika karyawan atau kontraktor secara sengaja atau tidak sengaja menyebabkan pelanggaran data. Hal ini dapat terjadi dalam situasi di mana orang dalam ini memiliki akses ke informasi sensitif dan memutuskan untuk menggunakannya dengan cara yang dapat membahayakan organisasi.
Salah satu jenis ancaman orang dalam adalah ketika seorang karyawan dengan sengaja mengeksploitasi hak akses mereka untuk mencuri informasi rahasia atau menyebabkan kerugian bagi organisasi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti keuntungan pribadi atau balas dendam. Misalnya, mantan karyawan yang memiliki akses ke data sensitif dapat mencurinya dan menggunakannya untuk bisnis pribadi mereka, atau mereka dapat menjualnya ke pesaing untuk mendapatkan keuntungan.
Jenis ancaman orang dalam lainnya adalah ketika seorang karyawan secara tidak sengaja menyebabkan pelanggaran data karena kurangnya pengetahuan atau kecerobohan. Hal ini dapat terjadi karena karyawan tidak dilatih dengan benar tentang praktik keamanan siber atau karena mereka bekerja terlalu keras dan melakukan kesalahan. Misalnya, seorang karyawan bisa saja secara tidak sengaja mengirim email yang berisi informasi sensitif ke orang yang salah, atau lupa mengenkripsi lampiran.
Untuk mencegah ancaman orang dalam, perusahaan dan organisasi harus menerapkan berbagai langkah keamanan, termasuk kontrol akses, pemantauan dan audit, serta program pelatihan. Kontrol akses harus diterapkan untuk membatasi akses karyawan hanya pada informasi yang mereka perlukan untuk pekerjaan mereka. Pemantauan dan audit dapat membantu mendeteksi aktivitas yang tidak biasa yang mungkin mengindikasikan ancaman dari orang dalam. Program pelatihan dapat mengedukasi karyawan mengenai risiko keamanan siber dan cara mengidentifikasi serta melaporkan aktivitas yang mencurigakan.
Serangan Rekayasa Sosial
Serangan rekayasa sosial adalah jenis serangan siber yang menggunakan manipulasi psikologis untuk mengelabui individu agar mengungkapkan informasi sensitif, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau data rahasia lainnya. Serangan ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti email phishing, panggilan telepon, atau media sosial, dan sulit untuk dideteksi.
Sebagai contoh, salah satu serangan rekayasa sosial adalah phishing, di mana penyerang membuat sebuah email yang meyakinkan yang tampaknya berasal dari sumber yang memiliki reputasi baik, seperti bank atau perusahaan. Mereka kemudian membujuk penerima untuk mengklik tautan atau memasukkan informasi pribadi. Setelah korban melakukannya, penyerang bisa mendapatkan akses ke akun atau data sensitif mereka.
Contoh lain dari rekayasa sosial adalah pretexting, di mana penyerang berpura-pura menjadi orang yang dapat dipercaya atau figur otoritas untuk mengekstrak informasi sensitif. Misalnya, mereka mungkin menyamar sebagai teknisi TI dan meminta kredensial login pengguna, berpura-pura memperbaiki masalah teknis.
Serangan rekayasa sosial juga dapat dieksekusi melalui platform media sosial. Peretas dapat membuat profil palsu dan berteman dengan korban, membangun kepercayaan dari waktu ke waktu sebelum meminta informasi pribadi atau kata sandi.
Untuk mencegah serangan rekayasa sosial, sangat penting untuk mengetahui metode yang digunakan oleh penyerang. Organisasi harus secara teratur melatih karyawannya untuk mengidentifikasi dan melaporkan serangan phishing dan rekayasa sosial lainnya. Pengguna juga harus berhati-hati terhadap email yang tidak diminta atau permintaan informasi pribadi, dan memverifikasi identitas orang atau perusahaan sebelum membagikan data sensitif.
Kurangnya Kesadaran Keamanan
Faktor utama yang menyebabkan pembobolan data adalah kurangnya pengetahuan dan pelatihan di antara karyawan mengenai risiko dan ancaman keamanan siber. Karyawan yang tidak terbiasa dengan risiko tersebut dapat secara tidak sengaja terlibat dalam aktivitas yang dapat membahayakan keamanan data organisasi mereka.
Misalnya, mereka mungkin menjadi mangsa penipuan phishing, mengunduh perangkat lunak berbahaya, atau menggunakan kata sandi yang lemah, yang dapat memudahkan peretas untuk mengakses akun mereka. Karyawan yang tidak terbiasa dengan protokol keamanan yang tepat juga dapat secara tidak sengaja meninggalkan informasi sensitif yang tidak terenkripsi atau tidak menggunakan autentikasi dua faktor.
Untuk mencegah pelanggaran data yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan pelatihan keamanan, organisasi harus memprioritaskan sesi pelatihan rutin untuk mendidik karyawan mereka tentang ancaman keamanan siber dan cara mengidentifikasi serta menghindarinya. Pelatihan harus mencakup topik-topik seperti kebersihan password, serangan rekayasa sosial, dan protokol keamanan. Organisasi juga harus menerapkan kebijakan password yang ketat, seperti perubahan password wajib dan penggunaan kata sandi yang rumit, untuk melindungi informasi sensitif mereka.
Contoh Tindakan Berbahaya yang Menyebabkan Pelanggaran Data
Kasus Snowden Leak, di mana Edward Snowden, mantan kontraktor National Security Agency (NSA), membocorkan informasi rahasia tentang program pengawasan NSA kepada media pada tahun 2013. Snowden memiliki akses ke informasi sensitif karena pekerjaannya, dan dia menggunakan hak istimewanya untuk mendapatkan dan membocorkan informasi tersebut.
Pelanggaran data ini merupakan hasil dari ancaman orang dalam, karena Snowden dengan sengaja membocorkan informasi sensitif. Insiden ini menyoroti perlunya organisasi memantau dan membatasi akses ke informasi sensitif, serta pentingnya mengedukasi karyawan tentang potensi konsekuensi dari ancaman orang dalam.
Kesimpulan
Kita dapat melihat bahwa kesalahan manusia adalah kontributor utama pelanggaran data. Kesalahan seperti mengirim email ke orang yang salah, menggunakan kata sandi yang lemah, dan kehilangan perangkat dapat mengekspos informasi sensitif kepada orang yang tidak berwenang. Selain itu, karyawan yang secara sengaja atau tidak sengaja menyebabkan pelanggaran data atau tidak menyadari risiko keamanan siber dapat menimbulkan ancaman keamanan.
Untuk mencegah insiden semacam itu, perusahaan harus memprioritaskan langkah-langkah seperti menerapkan kebijakan password yang kuat, menggunakan otentikasi dua faktor, memantau akses ke data rahasia, dan memberikan pelatihan keamanan siber secara teratur kepada karyawan. Dengan mengambil langkah proaktif, organisasi dapat menghindari kerugian finansial dan reputasi yang disebabkan oleh pelanggaran data akibat kesalahan manusia.